Breaking News
Join This Site
5 Sumber Ilmu Dalam Penelitian Pendidikan

5 Sumber Ilmu Dalam Penelitian Pendidikan



Rasional
Rasional merupakan hal yang didapat dari pikiran manusia.
Rasional diambil dari kata bahasa inggris rational yang mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat dipahami sesuai dengan kemampuan otak. Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada. Biasanya kata rasional ditujukan untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Rasional juga berarti norma - norma yang sudah baku di dalam masyarakat dan telah menjadi suatu hal yang biasa dan permanen.
Atau bahasa sulitnya Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma atau ajaran agama.
Contoh :
Ketika kita melihat Tv yang tidak berfungsi dengan baik maka dapat di “pikir” dan dipastikan kalo ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV. Dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar.


Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.

a. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat

Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.
Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).

b. David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan, rangkaian pemikiran tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Beberapa Jenis Empirisme
1. Empirio-kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3. Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapat memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.



INTUISI
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan kebenaran (Bakker dan Zubair, 1990). Pengalaman intuitif sering hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang sangat mulia (Kartanegara, 2005). Dari riwayat hidup dan matinya Sokrates, pengetahuan intuitif disebutnya sebagai “theoria” di mana cara untuk sampai pada pengetahuan itu adalah refleksi terhadap diri sendiri (Huijbers, 1982).
Intuisi, jika ditelusuri dalam Bahasa latin adalah intueor atau intueri, yang berarti untuk merenungkan atau melihat(Zohar & Marshall 2000).
Penjelasan yang paling umum adalah intuisi merupakan kemampuan individu untuk mengakses dan menyimpan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam pikiran bawah sadar. Myers (2002) menambahkan bahwa perilaku intuitif juga mencerminkan sejarah individu pribadi.
Dari disiplin psikologi Myers (2002) intuisi adalah dianggap sebagai sesuatu yang kita lakukan setiap menit setiap hari dan itu adalah hasil dari pikiran bawah sadar. Oleh karena itu, kemampuan saya untuk mengetik tulisan ini tanpa kesadaran dari setiap huruf akan dianggap sebagai perilaku intuitif.
McCraty (2004) menyampaikan bahwa intuisi merupakan penginderaan yang terjadi di luar alam kesadaran. Dengan menggunakan hasil dari bukti eksperimental, mereka menyimpulkan bahwa jantung dan sistem saraf otonom memberikan kontribusi pada perasaan yang terkait dengan intuisi.
Sementara intuisi dalam disiplin ilmu psikologis adalah berbasis kognitif yaitu perluasan dari pengambilan keputusan, McCraty 2004), sedangkan (Bradley 2006) dan (Radin 1997b) menganggap intuisi sebagai energi halus, sebuah fenomena paranormal.
Meskipun ada sejumlah pemahaman yang berbeda terhadap apa yang disebut intuisi adalah intuisi merupakan metode pembuatan keputusan yang bersifat holistik dan non-linier. Para sarjana merasa tidak nyaman dengan konseptualisasi ini karena samar-samar sifatnya. Sangat mungkin bahwa ini hasil dari sebuah asumsi yang melekat bahwa, pengetahuan lebih mudah dijabarkan dan berharga jika explisit atau mendetil dan terbuka untuk pikiran sadar dan introspeksi (Hodgkinson & Sadler-smith 2003). Mitchell (2005) dan di Myer (2002) berpendapat bahwa penggunaan intuisi adalah bermasalah karena ada penafsiran yang terlalu banyak tentang intuisi dan terlalu banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakannya, seperti lingkungan, otak, organisasi, pengalaman, pelatihan dan ketidakmampuan untuk mengakses informasi tersebut bila diperlukan.
Berikut ini merupakan diskusi tentang banyak definisi intuisi dalam literatur (Barnard 1938). Barnard (1938) adalah salah satu penulis paling awal di bidang ini. Dia tidak menganggap non-logis proses pengambilan keputusan sebagai hal yang ajaib dalam arti apapun, ia berpendapat bahwa intuisi didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman.


TRIAL AND ERROR
Trial and error adalah salah satu metode yang bisa digunakan dalam mencari solusi sebuah masalah. Metode ini banyak ditemukan dalam bidang informatika atau ilmu komputer. Trial and error menggunakan pendekatan aplikatif dari sebuah algoritma yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Pengertian tentang istilah trial and error dan algoritma ada di sini dan di sana.
Saya menggunakan metode ini ketika saya merancang sebuah algoritma baru untuk menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi. Dengan metode ini, saya bisa dengan mudah menerapkan teori-teori terkait dalam algoritma yang saya rancang. Metode ini terbukti cukup ampuh digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pemrograman.
Sekedar berbagi pengalaman.
Metode ini ternyata sudah saya gunakan ketika masa awal mempelajari ilmu pemrograman, meskipun pada saat itu saya belum mengenal nama metode tersebut. Pada saat itu yang saya pikirkan adalah membuat, membuat, dan membuat program. Program seperti apa? ya program yang saya inginkan waktu itu, misalnya program presensi kelas (sangat sederhana dan tentunya sangat amat culun, karena hanya menggunakan sekumpulan perintah if untuk mencocokan data) atau hanya program sederhana yang bisa melakukan perhitungan sederhana pula.
Mungkin karena sering mencoba membuat program dan sangat sering menemukan banyak kesalahan, naluri programming saya muncul. Meskipun masih sangat subjektif (pengalaman pribadi .red), saya sudah mulai bisa merasakan mana program yang baik dan program yang kurang baik, mana program yang efisien dan mana yang boros resource, serta yang paling penting adalah saya bisa menemukan dimana letak kesalahan yang mungkin timbul saat merancang sebuah program dan mencari solusi dari masalah tersebut.




WAHYU
Pengertian Wahyu Secara Etimologis
Menurut bahasa (lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan, paham dan juga api. Ttp ada juga yang mengartikan bisikan  yang tersembunyi dan cepat. Dengan demikian, pengertian wahyu secara etimologis  adalah penyampaian sabda tuhan kepada manusia piihan-nya tanpa diketahui orang lain , agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Pengertian Wahyu Secara Terminologis
Pemberitahuan Allah swt kepada hambanya yang terpilih mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu, namun penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi pada manusia biasa. Sedang wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syar’i  definisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf’ul, yaitu almuha (yang diwahyukan). Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalatut Tauhid adalah pengetahuan yang didapati oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan bahawa pengetahuan itu datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak. Yang pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Beza antara wahyu dengan ilham adalah bahawa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih, dan senang.
Definisi di atas adalah definisi wahyu dengan pengertian masdar. Bahagian awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dengan suara hati atau kasyaf, tetapi pembezaannya dengan ilham di akhir definisi meniadakan hal ini. Sebagaimana pengakuan al-Qur’an bahwa wahyu merupakan sebuah hakikat dan kebenaran dan dalam beberapa ayat al-Qur’an hal tersebut dinisbahkan kepada Nabi saw. Akan tetapi, al-Qur’an, dalam menjelaskan esensi wahyu, hanya sekedar mengisyaratkan saja dan tidak memaparkan sedetail mungkin. Al-Qur’an menyatakan: “Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (Qs. asy-Syu’araa’ ayat 192-194).