Breaking News
Join This Site
PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA




NAMA : GUNAWAN HIDAYAT
NIM : B11110046
JURUSAN : MANAJEMEN
MAKUL : PEREKONOMIAN INDONESIA
KELAS : B
DOSEN : Hj. WAHDIAH


A. TINJAUAN UMUM

Dalam membahas apa saja kelemahan mendasar perekonomian indonesia bisa menjadi bahan diskusi dan pedebatan yang tiada habisnya.

Karena sangat banyaknya kekurangan indonesia dalam hal sistem politik yang tertutup dan otoriter, birokrasi yang kelewat gemuk dan korupsi,  penegakan hukum yang sangat lemah, korupsi di segala bidang, berkembanganya sistem kapitalisme yang lebih mencuatkan pola-pola ekonomi satu, struktur perbankan yang manipulatif dan sektor rill yang kurang mendapatkan perhatian.

Dari analisis yang dilakukan terhadap data-data lainnya, maka segera terungkap bahwa ternyata masalah pengangguran dan kemiskinan terus mencekam sekalipun ekonomi terus tumbuh, sehingga kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri pun perlu ditelaah.

Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi indonesia saat ini timpang (menguntungkan kelompok tertentu, namun merugikan kelompok lain) sama buruk dan berbahayanya dengan kelesuan ekonomi indonesia untuk berjangka panjang.
Inilah empat masalah baru perekonomian indonesia yang mencuat setelah pasca krisis, yang mana satu sama lainnya berkaitan dan secara aktual maupun potensial telah dan akan membebani perekonomian indonesia sehingga harus segera dipahami maknanya, dan dicarikan solusinya.
1. Kemerosotan tingkat investasi riil/langsung
2. Perubahan saldo dan komposisi neraca transaksi berjalan
3. Kemerosotan daya saing nasional, serta
4. Penurunan kualitas pertumbuhan ekonomi


B. EMPAT PERUBAHAN MENDASAR

1. Penurunan investasi rill

      Mengapa penurunan investasi rill sangat serius diperhatikan ? Karena kalau investasi turun, maka kegiatan produksi secara nasional pun ikut akan turun (sejauh mana dampaknya, tentu bervariasi tergantung pada sektornya).

Jika kegiatan produksi terus menurun, dengan sendirinya output pun merosot dan kalau output nasional terus-menerus turun, maka pada gilirannya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga akan merosot, baik dalam angka persentase pertumbuhannya sendiri dan ini yang lebih penting yaitu dalam kualitasnya.

Pada investasi tetap secara langsung menentukan investasi rill (real investment) atau investasi langsung (direct investment) yakni, investasi yang secara langsung berkaitan dengan produksi, yakni (berupa pendirian pabrik, pengadaan teknologi baru, pembukaan lahan baru, dan sebagainya yang secara langsung akan menciptakan produksi baru atau menambah produksi yang sudah ada) baik oleh investor dalam negeri ataupun luar negeri.
Kalau investasi dikatakan sebagai makanan paling bergizi, maka tentunya sumber-sumber pertumbuhan lainnya tidaklah sebaik investasi.

Dan apabila situasi penurunan investasi langsung di seluruh kawasan ini menjadi lebih berbahaya karena dalam waktu bersamaan tingkatpertumbuhan tabungan domestic ternyata tidak mengalami banyak perubahan, meskipun angkanya memang berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Kalau selisih itu terus membesar, lantas pergi kemana uang yang selebihnya ? Ke investasi portofolio atau investasi finansial ! Ke situlah kelebihan dana masyarakat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalir, dan jumlahnya kian hari kian besar.

Wujud investasinya sendiri bias bermacam-macam seperti berupa pembelian saham, obligasi (khususnya sekarang obligasi ritel dan SUN) dan yang terbesar, Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Bank –bank yang menerima tabungan atau dana masyarakat (berupa tabungan, deposito berjangka, dan sebagainya).

2. Perubahan saldo dan komposisi neraca transaksi berjalan

      Perubahan saldo ternyata diikuti oleh perubahan pada perhitungan dan metode penanggulangan  defisit pada penjabaran dari neraca pembayaran, yakni neraca anggaran, neraca transaksi berjalan dan neraca saldo.

Sebelum terjadi krisis, ada dua cara yang lazim dilakukan oleh pemerintah untuk menutup defisit tersebut, yakni pertama menarik pinjaman luar negeri, baik dari pemerintah, lembaga internasional atau swasta (termasuk dari pasar modal internasional). Cara kedua adalah menggalakkan investasi, baik investasi langsung (investasi produktif yang uangnya digunakan untuk membeli bahan baku, membangun pabrik dan sebagainya, maupun investasi tak langsung atau investasi portofolio/finansial (saham, obligasi, dan lain-lain).

Dalam perubahan tersebut alasan yang efisiensi adalah bagaimana pemanfaatan energy di Indonesia ternyata tergolong paling rendah di dunia, berikutnya yang bahkan lebih penting lagi adalah karena penikmat utama subsidi dari pemerintah untuk rakyat kecil justru digunakan oleh orang-orang yang tidak perlu memperoleh subsidi karena sudah relative makmur.  

3. Penurunan daya saing
     Dalam survey rutin yang diadakan oleh International Institute For Management Deveploment, dari tahun ke tahun Indonesia secara terus-menerus berada dibawah urutan bawah, dan lebih memperhatinkan lagi kita kian lama kedudukannya terus semakin merosot.
Peringkat daya saing ekonomi Indonesia pada masa sebelum krisis masih lebih baik dibandingkan pada periode pascakrisis. Akibatnya, kiata harus menerima kenyataan Indonesia kian tidak menarik sebagai tujuan investasi domestic maupun Internasional.
Masalah pelik berikutnya terletak pada perubahan mendasar yang melanda perekonomian indonesia, yakni kian timpangnya perubahan ekonomi indonesia itu sendiri sehingga cenderung menciptakan suatu perekonomian yang tidak memihak, bahkan sebaliknya justru turut menindas kepentingan mayoritas penduduk yang masih miskin, dan pendidikan serta keterampilannya yang relatif rendah.   Dan apabila jika tidak diwaspadai, akan menjadi sumber terbesar kerawanan politik dan social.

4. Pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang
     Pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia terlalu bertumpu pada perkembangan sektor jasa-jasa yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional dengan leluasa (non-tradable) sedangkan sektor barang yang erat kaitannya dengan produksi dan perdagangan dalam pengertian konversional (biasa disebut sektor tradable) mengalami pertumbuhan yang sangat terbatas, bahkan cenderung melemah.
Contohnya adalah sub-sektor jasa komunikasi telepon seluler yang tengah marak di Indonesia, sedangkan sektor barang jelas lebih menguntungkan bagi negara berkembang yang jutaan penduduknya masih menggangur.
Indonesia memang bukan satu-satunya Negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi timpang, namun ketimpangan di Indonesia lebih mencolok dibandingkan dengan Negara-negara lainnya, contoh : dalam membandingkan tiga Negara yaitu : Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Tampak jelas di situ bahwa pada masa sebelumnya krisis perimbangan sector tradable dan non-tradable relative berimbang, meskipun di Indonesia dan Malaysia sector non-tradable sudah tampak unggul.