Breaking News
Join This Site
Nada Non-harmonik dan Kadens

Nada Non-harmonik dan Kadens





Dalam bab sebelumnya, Anda sudah belajar tentang beberapa jenis nada non-harmonik. Ada nada samping atau ampiran, nada tetangga, dan nada suspension. Anda juga sudah memahami kadens setengah dan kadens biasa atau otentik.
Bab ini akan melanjutkan pembicaraan tentang beberapa jenis nada non-harmonik dan kadens lain. Ini akan melengkapi pembahasan mendasar tentang nada non-harmonik dan kadens.
Nada-Nada Non-harmonik yang Lain
Nada-nada ini mencakup apogiatura (disingkat app.), retardasi,antisipasi, ekapi, dan kambioto. Retardasi dan antisipasi dipakai dalam harmoni sementara apogiatura dan ekapi dipakai dalam melodi. Jenis-jenis nada non-harmonik ini dipakai dalam nyanyian dan melodi modern.
Apogiatura
Teknik menghias nada ini biasanya ditempatkan satu nada di atas nada akord. Dengan kata lain, apogiatura adalah suatu interval kedua atas untuk suatu nada akord di bawahnya. Nada non-harmonik ini mencapai kekendorannya pada nada akord yang berada setangga di bawahnya. Apogiatura harus dipakai pada suatu ketukan berat dan menjadi kendor mengikuti gerak menurun. Apogiatura sering ditulis sebagai suatu grace note.
Grace note adalah suatu istilah Inggris untuk suatu not hiasan. Not ini ditempatkan sebelum not pokok yang dihiasinya, dibunyikan segera sebelum not pokoknya tapi harus membentuk satu ketukan bersama dengan not pokoknya. Grace note bisa membentuk hiasan satunada atau setengahnada dari not pokoknya.
Suatu contoh apogiatura:

Apogiatura berbentuk grace note ditandai suatu anak panah. Not awal non-harmonik ini adalah suatu do yang harus Anda mainkan cepat sebelum not si di bawahnya. Kedua not ini harus Anda mainkan dalam satu ketukan.
Suatu lagu pop klasik yang memakai apogiatura adalah Yesterday dari the Beatles. Nada pertama awalnya memakai satu nada setinggi satunada dari nada akord di bawahnya.

Apogiatura - not re - dimulai oleh not pertama yang diberi tanda anak panah. Nada akord yang menyusul pada not kedua adalah not do.
Retardasi
Suatu retardasi mirip suatu suspension tapi nada yang dikendorkan berjarak satunada diatonik ke atas dengan nada non-harmonik yang membentuk retardasi. Satunada diatonik ke atas sama dengan satu interval kedua atas, dengan nada pertama, nada lebih rendah, sebagai nada non-harmonik.Nada lebih tinggi sekaligus adalah nada akord.


Tanda panah menunjukkan nada retardasi. Meskipun nada ini bagian dari akord di kirinya, ia - untuk sementara - menjadi bagian akord di tengah sebelum beralih menjadi nada akord ini. Nada retardasi sebagai suatu nada non-harmonik membentuk suatu interval kedua atas dengan nada berikutnya, yaitu nada akord.
Antisipasi
Antisipasi adalah suatu not yang dibunyikan mendahului akord yang berisi not itu. Antisipasi dibentuk oleh dua not yang membentuk interval kedua atau lebih. Not bawah interval itu adalah suatu not akord sementara not atasnya adalah suatu not non-harmonik. Not atas yang tegang ini dikendorkan ketika ia kembali pada akord C, tempat asalnya. Kalau not non-harmonik yang tegang ini dikendorkan oleh suatu interval di atas interval kedua, ia disebut antisipasi bebas.

Tanda panah dan singkatan ant. menunjukkan not antisipasi, not yang berasal dari akord C birama kedua. Not ini mendahului akordnya dan menjadi suatu not non-harmonik sementara bagi akord G7.
Berikut adalah suatu contoh antisipasi - ditandai anak panah - berdasarkan suatu kutipan bagian akhir suatu nyanyian gereja, "Kudengar Panggilan Tuhan" (Nyanyikanlah Kidung Baru no.125). Not antisipasi yang adalah not akord terakhir (G) dimajukan menjadi salah satu not akord D7.

Ekapi
Ekapi disebut juga "nada lepas (escape tone)". Ia melepaskan diri dari harmoni secara bertangga lalu melompat ke dalam arah yang berlawanan dan mencapai kebebasan dalam akord berikut. Dengan cara ini, ekapi atau nada lepas adalah sejenis apogiatura terbalik. Ekapi kromatik jarang ditemukan karena gerak ekapi kromatik menuju kekendoran yang tidak bersifat diatonik.
Simak suatu contoh ekapi berikut:

Nada yang ditandai anak panah menunjukkan not sol yang membentuk interval kedua atas dengan not fa dari akord F. Not sol ini sekaligus menghasilkan nada non-harmonik, suatu nada hiasan, yang menimbulkan efek tegang sementara. Nada lepas ini membentuk suatu interval ketiga dengan nada mi dari akord C, akord yang memberi kekendoran atau kelegaan pada nada lepas tadi.
Contoh ekapi atau nada lepas - ditandai anak panah - berikut berasal dari fragmen suatu nyanyian gereja, "Besarlah Untungku" dalamNyanyikanlah Kidung Baru (no. 197). Nada mi membentuk suatu nada lepas, nada non-harmonik, dari harmoni dalam akord D dan D7. Nada lepas ini adalah suatu nada yang tegang dan sekaligus janggal bunyinya karena ia bukanlah nada normal kedua akord tadi. Tapi ekapi ini berlangsung sebentar saja - selama satu ketukan - lalu dikendorkan atau dilegakan oleh akord G birama ketiga.

Kambioto
Mirip nada lepas, kambioto adalah nada non-harmonik yang meninggalkan nada harmonik melalui lompatan lewat satu tangga. Sesudah itu, kambioto mengendor secara bertangga mengikuti arah yang berlawanan.
Contoh kambioto berikut ditandai anak panah:

Dalam birama pertama, nada re ketukan kedua membentuk suatu interval ketiga bawah dengan nada fa dari akord F pada ketukan pertama. Dalam birama kedua, urutan interval tadi dibalikkan: nada fasebagai kambioto membentuk suatu interval ketiga atas dengan nadare dari akord G7 ketukan pertama. Setiap kambioto yang non-harmonik itu menghasilkan nada yang tegang terhadap akord di kirinya.
Ketegangan ini lalu dikendorkan melalui akord di kanannya. Dalam hal ini, nada re birama pertama membentuk suatu interval kedua bawah dengan nada mi dalam akord C. Sementara itu, nada fa birama kedua membentuk suatu interval kedua atas dengan nada mi dalam akord C.
Kadens Lain
Sesudah Anda memahami kadens setengah dan biasa dalam bab yang lalu, Anda perlu memahami juga dua jenis kadens yang lain. Ini untuk melengkapi jenis-jenis kadens yang dipakai untuk tangganada mayor.
Kadens otentik sempurna dan taksempurna
Kadens otentik yang sudah dibicarakan dirinci menjadi dua jenis. Pertama, kadens otentik sempurna; dan, kedua, kadens otentiktaksempurna.
Kadens otentik sempurna adalah suatu kadens otentik yang di dalamnya akord dominan dan tonika masing-masing masing-masing memakai not dasar. Ini adalah not kelima untuk akord dominan dan not kesatu untuk akord tonika. Not tonika ada dalam bagian sopran akord di akhir suatu lagu.
Kadens otentik taksempurna adalah suatu kadens otentik yang di dalamnya not bagian sopran akord di akhir suatu lagu berakhir tanpa not tonika. Not ini bisa not ketiga atau kelima akord di akhir lagu itu.
Tiga contoh berikut menunjukkan kadens otentik sempurna dan taksempurna:

Ketiga birama pertama dengan not terakhir (birama tiga) yang adalahdo pada bagian sopran menunjukkan suatu kadens otentik sempurna. Birama empat sampai dengan enam menunjukkan suatu kadens otentik taksempurna yang berakhir dengan not mi. Birama tujuh sampai dengan sembilan menunjukkan kadens otentik taksempurna lain yang berakhir dengan not sol.
Kadens subdominan
Kadens ini dicirikan oleh progresi akord dari tonika (I) ke subdominan (IV). Bandul progresi berayun dari tengah, dari tonika, ke kiri, ke subdominan, dan berhenti di situ. Ketegangan timbul selama bandul ada di kiri dan ini berarti melodi belum selesai. Untuk sementara, akord subdominan mengganti akord tonika sebagai pusat nada lalu berayun balik ke tonika.
Contoh kadens subdominan berikut adalah suatu fragmen dari "Gembala Baik Bersuling nan Merdu" ciptaan C. Akwan dalam Kidung Jemaat no. 415. Progresi akord yang disoroti adalah G-C (I-IV) atau tonika-subdominan. Perulangan progresi ini dalam birama ketiga sesudah ketukan pertamadan kedua, yaitu G-C (I-IV) bukanlah kadens subdominan melainkan urutan akord biasa.

Kadens plagal
Kadens plagal adalah kebalikan dari kadens subdominan. Dalam kadens ini, bandul berayun dari kiri, dari subdominan (IV), kembali ke tengah, ke tonika (I). Suasana tegang subdominan sekarang menjadi kendor, lega.
Meskipun menjadi kendor, progresi akord IV-I kurang meyakinkan dibanding kadens biasa (V-I). Baik akord subdominan maupun tonika sama-sama punya not do (not tonika), not yang bukan baru bagi tonika.
Karena kesamaan not do tadi, kadens plagal dihindari pemakaiannya sebagai perhentian sementara di dalam dan di akhir suatu lagu. Kadens plagal boleh dipakai hanya dalam kasus khusus di dalam dan di akhir lagu.
Contoh suatu kadens plagal di dalam suatu lagu."Hitung Berkat-Nya" adalah suatu potongan melodi dari suatu gospel terkenal. Harmonisasi aslinya yang benar (birama kedua) sengaja dibuat salah di sini untuk menjelaskan kadens plagal yang dihindari (birama pertama).

Dalam kasus khusus, kadens plagal diizinkan di akhir suatu lagu, seperti bagian akhir My Way, lagu pop tenar itu. Kadens ini dipakai sebagai suatu kejutan. Akord F6 pada dasarnya adalah akord subdominan dalam kunci C diatonik mayor.

Kadens Lengkap
Kadens plagal dan kadens biasa yang digabungkan membentuk kadens lengkap. Bandul kadens ini mengayun dari tengah (T) ke kiri (S). balik ke tengah (T) mengayun ke kanan (D) dan akhirnya mengayun balik ke kiri (T) dan berhenti di situ. Ringkasan progresinya menjadi T-S-T-D-T. Tapi progresi lengkap ini sering disingkat menjadi T-S-D-T.
Suatu lagu gereja singkat, "Amin", menunjukkan suatu bentuk kadens lengkap:

Tangganada Diatonik Mayor D
Sejauh ini, Anda sudah memahami dan memakai dua tangganada diatonik mayor: C dan G. Sekarang, Anda akan memelajari suatu tangganada mayor lain: D. Tangganada yang memakai kunci trebel dan basnya, dan juga setengahnadanya dalam posisi naik dan turun, demikian:

Untuk mengingat urutan not ini, Anda bisa memakai berbagai cara. Apa pun cara yang Anda tempuh, ada tiga cara yang gampang. Ingatlah selalu posisi tonika setiap kunci. Dari tonika (not do) ini, Anda bisa membaca atau memainkan tangganadanya dalam posisi naik atau turun, termasuk setengahnadanya. Kemudian, ingatlah bahwa kunci D ditandai dua kres (##). Cara lain adalah dengan mengingat posisi not d (re) pada paranada yang memakai kunci trebel dan bas dari tangganada diatonik mayor C. Ketika tangganada ini diubah menjadi tangganada diatonik mayor D, not d pada posisi kunci C Anda ubah menjadi do.
Notasi Ritmik
Anda akan diperkenalkan pada suatu pola iringan gitar yang baru. Notasi ritmiknya demikian:

Berlatihlah untuk memainkan pola ritme dalam birama pertama beberapa kali sampai Anda menguasainya dengan mantap. Pukulan up-strumyang ditandai & pada ketukan kedua dan pukulan down-strum pada ketukan ketiga diberi busur-sambung. Busur-sambung ini berarti Anda tidak boleh membunyikan ketukan ketiga tapi menghitungnya saja sebagai setengah ketukan pertama. Setengah ketukan kedua Anda mainkan pada tanda &. Sesudah pola ritme dalam birama pertama Anda latih berkali-kali dan kuasai dengan mantap, akhirilah pola ini dengan satu pukulan down-strum dalam birama kedua. Meskipun not birama kedua ditandai angka 1, ia sebenarnya harus dihitung sebanyak 4 ketukan.